FATHUL MAKKAH (PENAKLUKAN MAKKAH)
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Sirah Nabawi
Dosen Pengampu : Dr. H. Abdul Muhaya, M.A
Disusun oleh :
·
Cindi Rona
Kumala (1504046031)
·
Arina
Khasnawati (1504046047)
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perintah Allah untuk menanamkan agama ini telah
sempurna. Demikian pula pendidikan kepada kaum muslimin, dan cobaan-cobaan
Allah atas hati mereka agar bertaqwa. Gelas kaum Quraisy telah dipenuhi oleh
kedzaliman dan permusuhan, kebencian mereka akan kebenaran, rintangan di jalan
menuju Allah , dan peperangan terhadap Islam dan pemeluknya. Oleh karenanya,
Allah berkehendak untuk memasukkan kaum muslimin ke kota Makkah dengan merdeka
dan menang. Mereka akan mensucikan ka’bah dari najis dan kotoran serta hal-hal
keji, dan mengembalikan kota Makkah pada keadaan semula. Sehingga Makkah
menjadi tempat mencari pahala bagi manusia dan rasa aman, serta menjadikan ka’bah
sebagai tempat yang penuh berkah dan petunjuk bagi seluruh alam.
Disadari
bahwa masih banyak bidang Sirah Nabawiyah yang dapat dikemukakan. Namun,
keterbatasan yang ada menyebabkan kajian ini belum mencakup seluruhnya.
Insyaallah pada lain kali, kita dapat mencoba menjamah aspek Sirah Nabawi lebih
dalam lagi.
B.
Rumusan
Masalah
·
Bagaimana
Latar belakang terjadinya Fathu Makkah?
·
Bagaimana
proses terjadinya Fathu Makkah?
·
Bagaimana
khutbah nabi setelah Fathu Makkah?
II.
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang terjadinya Fathu Makkah
Dalam salah satu pasal perjanjian Hudaibiyah
disebutkan bahwa orang-orang bebas untuk bergabung dengan kelompok Muhammad
atau golongan Quraisy. Maka, Bani Khuza’ah dengan senang hati bergabung dengan
kepada Muhammad saw.[1]
Dikisahkan setelah menandatangani perjanjian Hudaibiyah, bani Khuza’ah
bersekutu dengan Rasulullah, sedangkan bani Bakr bersekutu dengan golongan
Quraisy. Kedua suku tersebut pada masa jahiliyah sering terlibat dalam
permusuhan dan pertumpahan darah. Ternyata api kedengkian masih menyala di hati
bani Bakr, sehingga mereka memiliki hasrat untuk menlancarkan serangan ke bani
Khuza’ah dengan meminta bantuan kepada para pembesar Quraisy.[2]
Pada suatu malam, Bani Bakr menyerang Bani
Khuza’ah yang tinggal di dekat sebuah mata air bernama al-Watir, mata air ini
berada di daerah Makkah Hilir. Mereka dibantu oleh beberapa orang Quraisy,
orang-orang Quraisy berkata: “Muhammad tidak akan mengetahui tindakan ini,
dan semoga malam ini tidak ada satu orang pun yan melihat kita.” Mereka
juga memberikan bantuan persenjataan dan kendaraan kepada Bani Bakr dalam
penyerangan terhadap Bani Khuza’ah.[3]
Mereka menyerang Bani Khuza’ah secara membabi buta ketika mereka sedang lalai,
sehingga mereka berhasil membunuh lebih dari dua puluh orang.
Maka, ‘Amr ibn Salim al-Khuza’i dari bani
Khuza’ah pun berangkat ke Madinah untuk meminta bantuan dari kaum Muslimin.
Sesampainya di hadapan Rasulullah saw, ‘Amr ibn Salim al-Khuza’i mengutarakan
maksud kedatangannya itu melalui beberapa bait syair yaitu:
Ya Allah, aku menyeru Muhammad
Akan persekutuan antara ayahnya dan ayah kami
yang
Mereka adalah para orang tua dan kita pada waktu
itu masih kanak-kanak
Dengan persekutuan itu kami tunduk dan kami tidak
melepaskannya.
Hingga baitnya:
Mereka menyerangi kami di malam buta
Mereka juga menyerangi kami saat kami sedang
rukuk dan sujud.
Rasulullah berkata, “Kalian harus dibantu, ‘Amr
ibn Salim!”
Sebentar kemudian, datang Budail bin Warqa
bersama beberapa orang Khuza’ah kepada Rasulullah. Budail memberi tahu
Rasulullah tentang kaum Quraisy yang telah melanggar kesepakatan, setelah itu
mereka kembali ke Makkah. Rasulullah saw berkata kepada sahabatnya “Sepertinya
Abu Sufyan datang untuk memperbarui perjanjian dan menambahkan temponya!”.[4]
Adapun menurut riwayat yang paling mashur, ketika
kaum Quraisy menyadari kesalahannya, mereka segera mengutus Abu Sufyan ke
Madinah sebelum kaum muslim mendengar kabar pelanggaran yang mereka lakukan. Riwayat
lain menuturkan: setibanya di Madinah Abu Sufyan tidak langsung menemui
Rasulullah, tetapi terlebih dahulu menemui putrinya yang juga istri Rasulullah,
Ummu Habibah, ketika Abu Sufyan hendak duduk diatas alas Rasulullah saw, Ummu
Habibah bergegas melipat alas itu. Sontak, Abu Sufyan pun terperangah dan
kemudian bertanya: “Wahai putriku, adakah engkau melipatnya karena memang
tidak bisa dipakai ataukah memang alas itu tidak boleh aku duduki?” Ummu
Habibah menjawab: “Ini adalah alas Rasulullah, sedangkan ayah adalah seorang
musyrik yang kotor. Itulah makanya, aku tidak suka engkau duduk diatasnya”.[5]
Lantas Abu Sufyan datang Kepada Rasulullah dan berbicara kepada beliau, tetapi
beliau tidak berbicara sepatah kata pun. Kemudian Abu Sufyan pergi ke kepada
Abu Bakar, Umar, Fatimah, dan yang terakhir Ali bermaksud untuk meminta bantuan
membujuk Rasulullah agar mau berbicara dengannya. Akhirnya Abu Sufyan kembali
ke Makkah dengan tangan hampa.[6]
B.
Proses Fathu
Makkah (Pembukaan kota Makkah)
Tak lama kemudian, Rasulullah memerintahkan kaum
muslimin untuk brsiap-siap. Tapi, beliau sama sekali tidak mengatakan hendak
kemana mereka akan dibawa pergi. Tujuan itu beliau katakan beberapa waktu
kemudian “Kita akan menyerbu Makkah, maka bersiap siagalah”. Sabda beliau
beberapa waktu sebelum berangkat seraya nmemerintahkan kaum muslimin
cepat-cepat menyiagakan diri.[7]
Rasulullah saw bertekad untuk memerangi kaum Quraisy dan menaklukan Makkah,
karena mereka telah melanggar kesepakatan secara terang-terangan. Beliau pun
bersiap-siap dan memerintahkan para sahabatnya untuk melakukan hal yang sama.
Lalu beliau berdo’a “Ya Allah, buta dan tulikanlah orang-orang Quraisy dari
berita kami ini, agar kami bisa menyergap mereka dengan tiba-tiba.[8]
Rasulullah saw juga mengundang seluruh kaum
muslimin dari berbagai suku dan kabilah yang berada di sekitar Madinah untuk
ikut dalam penyerangan ini. Tercatat, suku sulaiman, Asyja’, Muzainah, Aslam
dan Ghifar ikut mengirimkan utusan masing-masing. Mereka ada yang langsung
datang berduyun-duyun ke Madinah dan ada juga yang bergabung dalam perjalanan.
Walhasil, jumlah mereka mencapai 10.000 tentara, bahkan, tidak ada seorang pun
dari kaum Muhajirin maupun Anshor yang tertinggal.
Begitu Rasulullah saw siap berangkat, Hathib bin
Abi Balta’ah al-Badri mengirim surat kepada orang-orang musyrik Quraisy di
Makkah. Surat itu diantar oleh seorang kurir wanita yang diupah. Adapun isinya,
memberi tahu rencana kedatangan Rasulullah saw dan pasukannya. Rasulullah saw
mengetahui hal ini melalui wahyu. Maka beliau segera menugaskan Ali, Zubair,
dan Miqdad untuk mengejar wanita tersebut. Beliau berpesan “Pergilah kalian
berdua ke Raudhah khah, karena disana ada seorang wanita yang membawa surat untuk
kaum Quraisy”. Setelah menemukan wanita itu di tempat yang dimaksud, mereka
memintanya untuk memberikan surat yang dibawa olehnya. Akan tetapi, wanita itu
tidak mengaku membawa surat tersebut. Maka, ketiganya pun menggertak wanita
itu. Salah satu dari mereka berkata “Keluarkan surat itu, atau kami akan
menggeledah barang-barangmu!”. Akhirnya, wanita itu mau mengeluarkan surat
yang disembunyikannya.
Para ahli sejarah dan sirah nabi sepakat bahwa
Rasulullah saw berangkat untuk menaklukan kota Makkah pada tanggal 10 Ramadhan
tahun ke-8 Hijriyah. Dalam perjalanan ini, mereka semua tetap berpuasa,
sesampainya di kadid Rasulullah saw berbuka dan diikuti oleh kaum muslimin yang
bersamanya. Selama meninggalkan Madinah, Rasulullah saw menunjuk Abu Rihmin
Kaltsum ibn Hashim ibn ‘Atabah ibn Khallaf al-Ghifari untuk mengendalikan semua
urusan pemerintahan Madinah.[9]
Sesampainya di Marru adz-Dzahran Rasulullah saw
memerintahkan pasukannya agar menyalakan api yang besar. Saat itu Abu Sufyan
mencari berita secara diam-diam dan berkata “Aku sama sekali tidak pernah
melihat api dan markas tentara seperti pada malam ini”. Saat itu, Abbas bin
Abdul Muthalib telah keluar dari Makkah dengan keluarga dan sanak saudaranya
untuk berhijrah dan bertemu Rasulullah saw. Ia mengenali suara Abu Sufyan dan
berkata: “Itu adalah Rasulullah saw di tengah-tengah manusia”. Al-Abbas
kemudian menaikkan Abu Sufyan keatas keledainya. Ia khawatir kalau ada seorang
muslim yang mendapatkan Abu Sufyan dan membunuhnya.[10]
Kemudian ketika Abbas menghadapkan Abu Sufyan kepada Rasulullah saw, beliau
mengajak Abu Sufyan untuk masuk Islam. Namun, malam itu Abu Sufyan masih
ragu-ragu dengan Islam dan mendebat beliau hingga larut malam. Maka, Rasulullah
saw meminta Abbas untuk membawa Abu Sufyan ke tendanya dan membawanya kembali
menemui Rasulullah keesokan harinya.
Al-Abbas membawa Abu Sufyan ke tempat
istirahatnya, esok paginya mereka menghadap Rasulullah saw, ketika Rasulullah
melihat Abu Sufyan beliau berkata “Celakalah engkau wahai Abu Sufyan, apakah
belum tiba waktu bagimu untuk mengetahui bahwa tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah swt?”
Abu Sufyan menjawab “Demi ayah dan ibuku
sebagai jaminanmu! Aku sangat menghormati, memuliakan, dan menghargai engkau,
demi Allah aku telah meyakini bahwa tiada tuhan selain Allah”.
Rasulullah saw bersabda “Celakalah engkau
wahai Abu Sufyan, apakah belum tiba waktu bagimuuntuk meyakini bahwa aku utusan
Allah?”
Abu Sufyan menjawab “Demi ayah dan ibuku
sebagai jaminanmu!” sungguh engkau amat mulia, namun demi Allah, dihatiku masih
terdapat ganjalan hingga saat ini”.
Al-Abbas menyahut “Celakalah engkau wahai Abu
Sufyan, masuklah Islam, bersaksilah bahwa tiada tuhan selain yang wajib di
sembah selain Allah dan Muhammad saw
adalah utusan Allah, sebelum aku memenggal lehermu”. Akhirnya, Abu Sufyan
bersaksi dengan syahadat dengan benar dan telah masuk Islam.
Al-Abbas bin Mutholib berkata “Wahai
Rasulullah, Abu Sufyan adalah orang yang senang dengan kebanggaan, untuk itu
berikanlah sesuatu kepadanya”. Rasulullah saw bersabda “Ya, barang siapa
memasuki rumah Abu Sufyan dia aman, barang siapa menutup pintu rumahnya dia
aman, barang siapa memasuki Masjidil Haram, dia aman”. Setelah itu Abu
Sufyan pergi, kemudian Rasulullah saw bersabda kepada pamannya, Al-Abbas “Tahanlah
Abu Sufyan di mulut lembah sampai ia dapat menyaksikan kaum muslimim”.
Al-Abbas kemudian keluar dan segera menahan Abu Sufyan di tempat yang telah
diperintahkan oleh Rasulullah.
Tidak lama kemudian, berbagai kabilah melewatinya
dengan membawa bendera masing-masing. Setiap satu kabilah lewat, Abu Sufyan
bertanya “Hai Abbas, siapa ini?” Abbas menjawab “Ini adalah kabilah
Sulaiman”. Abu sufyan berkata “Apa urusanku dengan kabilah ini?”. Setiap
kali kabilah-kabilah lewat Abu Sufyan selalu bertanya dan menanggapi “Apa
urusanku dengan kabilah ini”. Hingga lewatlah kabilah Anshar dengan panji
yang dibawa oleh Sa’ad bin Ubadah Al-Anshari, saat itu Sa’ad berkata kepada Abu
Sufyan “Wahai Abu Sufyan, hari ini adalah hari pembantaian. Hari ini
dibolehkan melakukan sesuatu yang dilarang di ka’bah”. Rasulullah saw lekas
bersabda “Sa’ad telah berbohong, akan tetapi hari ini adalah hari dimana
Allah swt mengangungkan ka’bah”.
Kemudian datanglah pasukan berkuda yang
didominasi warna hijau, dan setiap diri mereka diliputi baju besi. Abu Sufyan
bertanya “Maha suci Allah wahai Abbas, siapa mereka?”. Abbas menjawab “Itulah
Rasulullah saw bersama kaum muhajirin dan Anshar dengan panji yang dibawa oleh
Zubair bin Awwam”. Abu Sufyan berkata “Tidak ada satu pun orang yang
mempunyai kekuatan untuk menghadapi mereka. Demi Allah, kerajaan Rasulullah
besok pagi menjadi sangat agung.” Abbas menyahut “Itulah kenabian,
sekarang pergilah ke kaummu”.[11]
Rasulullah dan rombongan terus berjalan hingga
sampai di Dzu Tuwa. Beliau tetap duduk diatas tunggangannya dengan mengenakan burdah
berwarna merah dengan gagah. Setelah itu, beliau memecah-mecah pasukannya. Rasulullah
memerintahkan Khalid bin Walid bersama pasukannya untuk masuk melalui Laith,
dataran rendah Makkah. Posisi Khalid adalah di sebelah kanan, sementara Zubair
berada di sebelah kiri kota Makkah. Sementara Abu Ubaid maju kedepan membawa
barisan kaum muslimin yang ada di hadapan Rasulullah.
Dikisahkan bahwa Rasulullah masuk Makkah pada
Jum’at pagi 20 Ramadhan. Dengan khidmat dan rasa syukur, seraya membaca surat al-Fath,
Rasulullah memasuki kota Makkah melalui sebelah atas dari arah Kida’.
Beliau membaca surat ini secara berulang-ulang. Rasulullah merendahkan
kepalanya hingga jenggotnya menyentuh punggung kendaraannya. Ini karena beliau
merasa rendah di mata Allah yang telah memberikan penghirmatan kepada beliau.
Rasulullah berpesan kepada para pemimpin pasukan agar tidak membunuh kecuali
orang yang melawan dan memerangi mereka. Sementara itu, jumlah korban tewas
dari kaum musyrikin saat itu adalah 12 sampai 13 orang.
Tak lama kemudian, Rasulullah saw thawaf sebanyak
tujuh kali dan mencium Hajar Aswad. Rasulullah kemudian memerintahkan
pembersihan ka’bah dari berhala-berhala. Bahkan beliau ikut terjun langsung
menghancurkan berhala-berhala itu dengan tangan beliau sendiri. Kemudian beliau
berkata “Kebenaran telah datang dan kebatilan telah sirna, orang yang batil tidak
akan tampak lagi dan tidak akan kembali”. Lalu Rasulullah memerintahkan
Bilal untuk mengumandangkan adzan. Setalah Baitul Haram benar-benar bersih dari
berhala, Rasulullah saw baru mengirim utusan-utusan ke berbagai penjuru daerah
untuk membersihkan patung-patung berhala yang masih ada.[12]
Beberapa waktu kemudian, orang-orang berkumpul untuk
melakukan baiat kepada Rasulullah saw. Mereka di baiat untuk patuh dan setia
kepada Allah dan Rasul-Nya. Akhirnya, masuklah bangsa Arab ke dalam agama Allah
secara berbondong-bondong sebagai mana firman Allah Q.s an-Nashr 1-3 yang
artinya: “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,dan
kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondog-bondong ,maka
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya .
Sesungguhnya Dia adalah Maha penerima taubat”.
C.
Khutbah Wada’
Selama berada di Makkah setelah penaklukan usai,
Rasulullah saw sempat menyampaikan beberapa khutbahnya, Rasulullah saw
menerangkan berbagai ajaran Islam dan beberapa prinsip hukumnya. Dalam khutbah
pertama yang disampaikan didepan pintu ka’bah Rasulullah saw menjelaskan
tentang pembayaran diyat (tebusan) orang yang terbunuh secara tidak
sengaja dan penghapusan adat istiadat Jahiliyah selain tradisi menjamu para
jamma’ah haji dan pemeliharaan Ka’bah.
Adapun Khutbah kedua, Rasulullah saw mengumumkan
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam Islam itu tidak ada istilah persekutuan
diantara kalian yang telah terjadi sejak zaman jahiliyah, maka Islam akan
memperkuatnya. Kaum Mu’minin itu bersaudara, merupakan satu tangan dekat dengan
saudaranya, membela yang jauh, membantu yang dekat, yang kaya membantu yang
papa, dan yang berjalan menolong yang lumpuh. Seorang Mu’min todak boleh
membunuh orang kafir. Tebusan orang kafir adalah separuh tebusan orang Muslim.
Tidak diperkenankan menggelapkan atau menyisihkan uang zakat dan tidak boleh
mengambil shadaqah muslimim kecuali dari apa yang dirumah-rumah mereka.”
Pada khutbah ketiga, Rasulullah saw mengumumkan
kehormatan tanah Makkah, keharaman berburu binatang-binatang di Makkah,
memotong rerumputan Makkah, pohon-pohon Makkah, dan harta temuan Makkah. Rasulullah
menuturkan bahwa Allah Swa menghalalkan berperang di Makkah kepada Rasulullah
saw hanya beberapa waktu saja, yaitu pada penaklukan Makkah. Rasulullah juga
bersabda bahwa tidak ada lagi hijrah setelah penaklukan kota Makkah akan
tetapi, jihat dan niat masih tetap berjalan.
Pada khutbah keempat, Rasulullah saw menjelaskan
bahwa barag siapa melakukan tindak pembunuhan dan ada saksi mata yang
melihatnya, maka si pembunuh wajib membayar tebusan atau dihukum.[13]
III.
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam salah satu pasal perjanjian Hudaibiyah
disebutkan bahwa orang-orang bebas untuk bergabung dengan kelompok Muhammad
atau golongan Quraisy. Maka, Bani Khuza’ah dengan senang hati bergabung dengan
kepada Muhammad saw. Dikisahkan setelah menandatangani perjanjian Hudaibiyah,
bani Khuza’ah bersekutu dengan Rasulullah, sedangkan bani Bakr bersekutu dengan
golongan Quraisy. Kedua suku tersebut pada masa jahiliyah sering terlibat dalam
permusuhan dan pertumpahan darah.
Dikisahkan bahwa Rasulullah masuk Makkah pada
Jum’at pagi 20 Ramadhan. Dengan khidmat dan rasa syukur, seraya membaca surat al-Fath,
Rasulullah memasuki kota Makkah melalui sebelah atas dari arah Kida’.
Beliau membaca surat ini secara berulang-ulang. Rasulullah merendahkan
kepalanya hingga jenggotnya menyentuh punggung kendaraannya. Ini karena beliau
merasa rendah di mata Allah yang telah memberikan penghirmatan kepada beliau.
Rasulullah berpesan kepada para pemimpin pasukan agar tidak membunuh kecuali
orang yang melawan dan memerangi mereka.
Selama berada di Makkah setelah penaklukan usai,
Rasulullah saw sempat menyampaikan beberapa khutbahnya, Rasulullah saw
menerangkan berbagai ajaran Islam dan beberapa prinsip hukumnya. Dalam khutbah
pertama yang disampaikan didepan pintu ka’bah Rasulullah saw menjelaskan
tentang pembayaran diyat (tebusan). Adapun Khutbah kedua, Rasulullah saw
mengumumkan “Ketahuilah, sesungguhnya di dalam Islam itu tidak ada istilah
persekutuan diantara kalian yang telah terjadi sejak zaman jahiliyah, maka
Islam akan memperkuatnya. Pada khutbah ketiga, Rasulullah saw mengumumkan kehormatan
tanah Makkah, keharaman berburu binatang-binatang di Makkah, memotong
rerumputan Makkah, pohon-pohon Makkah, dan harta temuan Makkah. Pada khutbah
keempat, Rasulullah saw menjelaskan bahwa barag siapa melakukan tindak
pembunuhan dan ada saksi mata yang melihatnya, maka si pembunuh wajib membayar
tebusan atau dihukum.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Mahdi Rizqullah. 2005. Biografi
Rasulullah, Jakarta: Qisthi Press.
Al-Jaziri, Abu Bakar Jabir. 2008. Muhammad
My Beloved Prophet, Jakatra: Qisthi Press.
An-Nadhwi , Abul Hasan ‘Ali Al-Hasani2007.
Sirah Nabawiyah, Yogyakarta:Mardhiyah Press.
Ibrahim, Fauzi. 2008. Muhammad saw
(Makhluk paling Mulia), Yogyakarta: Citra Risalah.
Musyafiq, Ahmad. 2015. Pengantar
Sirah Nabawiyah, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya.
[6] Abul Hasan ‘Ali Al-Hasani
An-Nadhwi, Sirah Nabawiyah, (Yogyakarta:Mardhiyah Press, 2007) hal 403
[10] Abul Hasan ‘Ali Al-Hasani
An-Nadhwi, Sirah Nabawiyah, (Yogyakarta:Mardhiyah Press, 2007) hal 405
[11] Fauzi Ibrahim, Muhammad
saw (Makhluk paling Mulia), (Yogyakarta: Citra Risalah, 2008) hal 331-333
Merkur Review: Is This Merkur's Review Worth It? - deccasino
BalasHapusBut for anyone who loves a good, fair, and honest experience with its Merkur, its 메리트카지노 Merkur Safety razor design; 샌즈카지노 Merkur choegocasino safety razor design; Merkur's
The Casino Review: Slots and Live Dealer Review - Dr.D.
BalasHapusWith 인천광역 출장안마 its 사천 출장샵 live 김천 출장마사지 dealer games, and its Live Dealer tables, you can expect to find a huge variety of games to play 인천광역 출장샵 online. The game selection 안동 출장샵 is